
Jakarta (28/02) – IKAMEGA (Ikatan Alumni Meteorologi dan Geofisika) telah sukses menyelenggarakan diskusi ilmiah bertajuk “Gempa Bumi Megathrust M 8,7 Siapkah Jakarta?” yang diselenggarakan di Auditorium BMKG Pusat sebagai bentuk persembahan dengan tagline “Alumni untuk Negeri”. Acara diskusi ilmiah yang dipimpin oleh moderator, Dr Deni Septiadi (Pembantu Ketua III STMKG), menghadirkan narasumber ahli dengan disiplin ilmu terkait dengan keynote speaker yaitu Prof Dwikorita Karnawati, Ph.D selaku Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Pembicara yang dihadirkan diantaranya Sandiaga S. Uno, MBA (Wakil Gubernur DKI Jakarta), Sadarestuwati, M.MA (Komisi V DPR RI), Prof Sri Widiyantoro, Ph.D (Dekan FTTM ITB), dan Dr Jaya Murjaya (Kepala PSGT BMKG). Dr Suaidi Ahadi, ST, MT selaku ketua panitia dalam sambutannya menjelaskan bahwa acara diskusi ilmiah diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat terkait potensi gempa bumi megathrust M 8.7 disertai penyebab dan solusi yang dapat diterapkan dengan berkaca salah satunya pada peristiwa gempa bumi Lebak, Banten, 23 Januari 2018 lalu.
Moderator Diskusi Ilmiah Kegempaan, Dr Deni Septiadi
Opening Ceremony oleh Komisi V DPRI RI, Kepala BMKG, Ketua IKAMEGA
Pertunjukan Tari Piring dari Sumatera Barat yang dipersembahkan oleh Taruni Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG) turut mengiringi pembukaan acara. Pembahasan isu kegempaan berlangsung sejak pukul 09.00 WIB hingga 11.30 WIB dengan opening ceremony dipimpin oleh Kepala BMKG dan pemukulan gong oleh Komisi V DPR RI. Tamu undangan dan peserta umum berasal dari berbagai institusi diantaranya Kedeputian BMKG, Kepala Balai Besar I-V MKG, TNI AU, BATAN, HAGI, BPBD Provinsi DKI Jakarta, UNJ, IAIN Syarif Hidayatullah, dan sebagainya.
Ketua IKAMEGA, Drs Subardjo, Dipl.Seis, menyampakian bahwa keberadaan IKAMEGA tidak hanya menjadi ajang tempat silaturahmi alumni melainkan memiliki peran lebih yang strategis dalam pembangunan nasional untuk membantu BMKG dalam melakukan pelayanan utama publik salah satunya mitigasi dan adaptasi bencana mengingat Indonesia termasuk wilayah yang rawan bencana alam. Potensi gempa bumi yang ditimbulkan dari megathrust selat sunda dapat berdampak pada infrastruktur dan daerah Jakarta yang berjarak sekitar 250 Km dari pusat seismic gap di selat sunda dan diprediksi setara dengan gempa bumi Aceh tahun 2004.
Pertunjukan Tari Piring Sumatera Barat oleh Taruni STMKG
DKI Jakarta sebagai center of gravity sebagai miniatur Indonesia tentu memperlukan perhatian penuh dalam mitigasi dan adaptasi bencana. Infrastruktur bangunan yang tahan gempa tentu diperlukan dalam rangka meminimalisir resiko bahaya yang disebabkan dan memudahkan evakuasi saat terjadi bencana. Kebijakan terkait kebencanaan yang berkaitan erat dengan hak hidup perlu mepertimbangkan berbagai aspek. Transformative adaptation menjadi petunjuk bahwa kajian pakar seismologi menyimpulkan gempa bumi akan terus terjadi sehingga hal tersebut perlu disikapi mengingat kepastian dan besarnya magnitudo gempa belum bisa diprediksi. Dalam rangka memperkirakan reaktivasi patahan lempeng dan potensi gempa bumi yang terjadi, Kepala BMKG mengharapkan adanya penambahan sensor geomagnet guna mendukung kinerja BMKG khususnya di bidang Geofisika. Audit bangunan dan edukasi masyarakat menjadi salah satu perhatian khusus dalam mendorong kebijakan mitigasi bencana di DKI Jakarta.
Sambutan Ketua IKAMEGA
Prof Sri Widiyantoro, Ph.D sebagai ahli seismologi menyebutkan bahwa megathrust yang terjadi diprediksi terletak pada pertemuan palung (trench) dan lempeng pulau sehingga memungkinkan gerakan secara tiba-tiba. Kepala PSGT BMKG membahas masih terbatasnya zonasi wilayah kegempaan di Indonesia dengan periode 1999-2013 (100 tahun-an) sehingga belum sepenuhnya dapat memprediksi seismic gap yang terjadi di Selat Sunda. Problematika yang dihadapi BMKG adalah masih minimnya alat dan sumber daya khususnya finansial yang dimiliki sehingga dipandang tidak sebanding dengan tugas yang diemban sebagai penyedia informasi salah satunya guna mitigasi bencana. Komisi V DPR RI memandang sudah seharusnya BMKG sebagai lembaga non departemen sekelas badan mendapat tambahan anggaran guna mendukung operasional dan pengembangan kinerja.
IKAMEGA menggandeng Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengingat menjadi pemangku kebijakan dan pengguna informasi cuaca yang disajikan oleh BMKG. Sandiaga S. Uno, MBA memberikan perhatian lebih kepada BMKG dan mendukung penandatangan MoU untuk mendorong kesigapan dan mitigasi bencana DKI Jakarta. Harapan besar adalah adanya pengadaan sensor dan pembangunan prevention park sebagai media edukasi experience bases learning dalam mempersiapkan mitigasi dan adaptasi bencana. Dalam acara ini juga dilakukan penyerahan Tanda Dewan Kehormatan IKAMEGA kepada Kepala BMKG dan penyerahan cinderamata IKAMEGA kepada Wakil Gubernur DKI Jakarta dan narasumber ahli.
Penyerahan Tanda Dewan Kehormatan IKAMEGA kepada Kepala BMKG
Penyerahan Cinderamata IKAMEGA kepada Narasumber Ahli
Acara diskusi ilmiah kegempaan merupakan ajang sarasehan terbesar dan pertama yang diselenggarakan oleh IKAMEGA sebagai penyokong kuat intansi BMKG dalam rangka pengabdian masyarakat melalui disiplin ilmu terkait. Rangkaian karangan bunga yang berjajar di pintu masuk gedung Auditorium BMKG dari berbagai alumni AMG (sekarang STMKG –red) menunjukan adanya apresiasi dan dukungan penuh terhadap IKAMEGA yang terus berkembang serta memberi tanggapan positif dalam mengiringi kinerja BMKG ke depannya. Dengan penyelenggaraan acara ini menjadi langkah awal yang positif bagi IKAMEGA untuk semakin memunculkan diri ke permukaan dalam rangka menunjukan eksistensi dan kontribusi kepada almamater dan instansi. (FM)