Selamat datang di laman resmi IKAMEGA — Ikatan Alumni AMG, BPLMG, dan STMKG, wadah kebersamaan alumni yang bersatu, profesional, dan berdampak bagi bangsa

Langit Menyatukan: Dari AMG Menuju Perwira, Menemukan Cinta di Antara Awan

Jejak Pengabdian dan Cinta Seorang Prajurit Udara - Kisah Inspiratif Kolonel Hadi Isnadi

"Langit adalah ruang pengabdian saya. Dari situ saya belajar, mengabdi, dan menemukan seseorang yang menatap awan dari sudut pandang yang sama."
~Kol. Hadi Isnadi

Desember 1982, di Lanud Kalijati, derap langkah rapi para prajurit muda bergema di antara barak dan landasan pacu. Di tengah deretan pasukan Tamtama yang baru saja dilantik dengan pangkat Prajurit Dua (Prada), berdirilah sosok muda dengan tekad kuat dan sorot mata penuh semangat. 

Ia baru saja memulai babak panjang pengabdiannya di TNI Angkatan Udara, tanpa tahu bahwa perjalanan ini akan membawanya bukan hanya menjelajahi ruang udara Indonesia, tetapi juga menemukan cintanya di antara isobar dan isotherm peta cuaca.

Awal tahun 1983, ia mengikuti Kursus Kejuruan Dasar Meteorologi di Lanud Atang Senjaya, Bogor. Dunia sains atmosfer itu memikatnya sejak pertama kali dikenalkan. Bagi banyak orang, meteorologi mungkin hanya sekadar cuaca. Namun baginya, ini adalah peran penting yang tak terlihat tapi menentukan banyak hal di balik layar operasi militer.

Penempatan pertamanya tiba tak lama kemudian, di Lanud Iswahyudi, Madiun. Di sana, ia mulai bertugas sebagai observer meteorologi. Namun langkahnya tak berhenti di lapangan. Pada akhir 1984, ia terpilih untuk mengikuti program D-1 Observasi Meteorologi (Obsmet) kelas khusus Tentara Bersenjata (TB) TNI AU, yang berakhir akhir 1985. Ia kemudian mengikuti Ujian Negara pada tahun 1986—sebuah lompatan akademik yang menunjukkan komitmennya terhadap ilmu cuaca.

Bersama rekan seangkatan di AMG

Tahun 1987 menjadi tahun yang mengubah hidupnya. Ia masuk program D-3 AMG bersama seorang rekan dari kelas D-1. Di sinilah, di antara grafik pengamatan dan diskusi soal tekanan udara, ia bertemu seseorang yang kelak akan menjadi teman sehidup sematinya. Ia satu kelas dengan seorang taruni asal Makassar, yang kala itu berdinas di Stasiun Meteorologi Majene. Persahabatan mereka tumbuh seiring waktu, dari tugas kelas hingga lembur bersama di laboratorium.

Selaku komandan apel pagi di AMG

Juni 1989, ia lulus dari D-3 AMG dengan bangga. Saat itu, ia masih berpangkat Prajurit Satu (Pratu). Namun bukan hanya ijazah yang ia terima di hari itu, ia juga menerima ijab kabul, mengikat janji pernikahan dengan sang taruni yang telah menemaninya di ruang kelas dan lapangan praktikum. Di kampus itulah, langit bukan hanya menjadi bahan kajian, tetapi juga saksi pertemuan dua insan yang disatukan oleh ilmu dan semangat pengabdian.

Tahun-tahun berikutnya dipenuhi dengan peningkatan karier militer dan kontribusi nyata di dunia meteorologi penerbangan. Oktober 1990, ia mengikuti Sepamilwa ABRI Gelombang 1 di Akademi Militer Magelang, dan dilantik sebagai Perwira TNI AU dengan pangkat Letnan Dua (Letda). Pangkat boleh naik, tapi semangatnya tetap sama: menjaga langit, memahami pola-pola atmosfer yang tak kasat mata, dan memastikan informasi cuaca bisa menjadi penopang operasi militer yang presisi.

Kariernya terus menanjak hingga ia menjabat sebagai Kasubdis Meteorologi Dinas Pengembangan Operasi (Disbangops) TNI AU, sebuah jabatan yang tak hanya strategis, tetapi juga menunjukkan kepercayaan tinggi terhadap kapabilitasnya. Puluhan tahun dilewatinya dalam seragam, dengan kombinasi ilmu dan disiplin militer yang tak tergoyahkan.

Berkesempatan ke Amsterdam saat FAT Radar Cuaca Gematronic di Neuss Jerman

Saat bertugas di Markas Besar TNI AU pada April 2008, barulah ia menyadari satu fakta penting. Sejak pelayanan meteorologi penerbangan oleh TNI AU untuk 15 stasiun meteorologi (Stamet) pasca kemerdekaan, kerja sama dengan BMKG belum pernah dituangkan secara formal. Padahal, relasi kerja telah berjalan sangat erat sejak masa TB di AMG hingga operasi layanan meteorologi penerbangan di lapangan.

Hadi Isnadi menyebut keadaan ini sebagai sebuah hubungan "bersaudara kandung, tapi orang tua kami menikah siri" — ada kedekatan dan kerja sama yang solid, tetapi belum pernah ada dokumen resmi sebagai dasar.

Dengan semangat memperbaiki hal tersebut, ia bersama para kolega dari BMKG berjuang menjalin komunikasi yang konstruktif. Berkat dukungan para senior dan rekan di BMKG, pada 28 Maret 2014, akhirnya Nota Kesepahaman Bersama (NKB) antara BMKG dan TNI AU berhasil disahkan. Setelah itu, kerja sama terus diperkuat:

  • Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Deputi Meteorologi BMKG dan Disbangops TNI AU
  • Disusul oleh PKS antara STMKG dan Dinas Pendidikan TNI AU (Disdikau)

Perjalanan ini mencapai puncak saat Pak Widada Sulistya menjabat sebagai Sekretaris Utama BMKG, Yusuf Supriadi sebagai Kepala Biro Umum, dan Guswanto sebagai Kepala Bagian Perencanaan. Bersama mereka, Hadi Isnadi dan tim berhasil menyelesaikan salah satu pekerjaan rumah terbesar: pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) untuk layanan meteorologi penerbangan oleh Stamet TNI AU.

Semua itu tercapai tidak hanya lewat struktur formal, tetapi juga melalui ikatan kebersamaan yang dibangun sejak masih di AMG, saling percaya yang dijaga lintas satuan, dan semangat memperkuat kelembagaan untuk Indonesia.

Selaku pengajar Meteorologi Penerbangan padaPuslitbang Kemhan

Kegiatan uji fungsi pengadaan Radar Cuaca Lanud Halim

April 2021, ia resmi mengakhiri masa dinasnya dengan pangkat Kolonel, meninggalkan jejak panjang penuh dedikasi dan kehormatan. Ia bukan hanya seorang perwira, bukan hanya ahli meteorologi. Ia adalah simbol dari seseorang yang menjadikan ilmu sebagai jalan pengabdian, dan kampus AMG sebagai awal dari segalanya, termasuk cinta yang sederhana namun kokoh seperti dasar atmosfer yang menopang kehidupan.

Kini, ketika ia menatap langit biru sebagai warga purnawirawan, kenangan akan grafik cuaca, rotasi jaga malam, dan senyum taruni yang kini menjadi ibu dari anak-anaknya tetap melekat hangat dalam ingatan. Kisahnya adalah pengingat bahwa tugas menjaga langit tak hanya soal angka dan alat, tapi juga tentang cinta yang ditemukan di antara peta isobar dan waktu prakiraan.

0 Komentar