Kami bukan hanya belajar membaca awan, tapi juga membaca arah hidup. AMG telah memberi kami dasar, sisanya kami isi dengan tekad.
~ Adizar, Ah MG, SE.,MM.
Ketika pertama kali melangkah masuk ke Akademi Meteorologi dan Geofisika (AMG) di Jakarta pada akhir 1970-an, Adizar belum tahu ke mana arah hidup akan membawanya. Yang ia tahu, disiplin, ketekunan, dan rasa tanggung jawab harus dijaga sejak hari pertama menjadi taruna. Ia lahir di Riau pada 24 April 1958, dan sejak awal menyadari pentingnya memberi yang terbaik dalam setiap kesempatan.
Sebagai taruna, Adizar dikenal sebagai pribadi yang lugas dan tegas. Ia dipercaya menjadi ketua kelas sejak semester pertama hingga akhir masa studi, tanggung jawab yang tidak ringan di tengah kehidupan akademi yang padat dan disiplin. Ia juga menjadi inisiator terbentuknya Satuan Resimen Mahasiswa AMG pada tahun 1980, organisasi yang kemudian menjadi tempat penempaan karakter dan kepemimpinan banyak generasi setelahnya.
![]() |
Selaku Danton saat apel penerimaan mahasiswa baru AMG tahun 1980 |
Kepeduliannya terhadap teman-teman seperjuangan tidak pernah luntur. Ia dan beberapa rekan turut membantu menyelamatkan beberapa taruna yang sempat dinyatakan putus kuliah agar bisa kembali melanjutkan studi. Semangat kebersamaan yang ia bangun selama menjadi taruna menjadi fondasi penting dalam perjalanan hidupnya di kemudian hari.
Menapaki Karier dari Stamet ke Pemerintahan Provinsi
Setelah lulus dari AMG tahun 1981, Adizar memulai karier sebagai staf di Subbid Data dan Laporan BMG. Beberapa tahun kemudian, ia ditempatkan sebagai prakirawan cuaca di Stasiun Meteorologi Pekanbaru. Di situlah, ia menjalani fase awal pelayanan teknis yang menuntut ketelitian dan kesigapan.
Pada tahun 1989, ia diangkat sebagai Kasi Meteorologi dan Geofisika di Kanwil Departemen Perhubungan Provinsi Riau. Dari situ, langkahnya kian kokoh. Ia mengisi berbagai jabatan penting di lingkungan perhubungan, mulai dari Kasi Evaluasi dan Laporan, Kasi Program Perencanaan, hingga Kasubbid Kepegawaian. Kariernya berkembang pesat, ditandai dengan penempatan sebagai Kepala UPT Pelatihan, lalu Kepala Bidang Perhubungan Laut dan Kepala Bidang Perhubungan Darat.
Setiap tanggung jawab baru dijalani dengan dedikasi penuh. Ia kemudian diangkat sebagai Sekretaris Dinas Perhubungan Provinsi Riau, sebelum dipercaya menjadi Kepala Biro Administrasi Perekonomian, dan selanjutnya Kepala Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah Provinsi Riau.
Tahun 2013 menjadi tonggak penting. Ia menjabat sebagai Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Riau, posisi yang menandai puncak pengabdiannya sebagai aparatur sipil negara. Pada saat yang sama, ia juga sempat ditunjuk sebagai Plt Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Riau.
Meski menempuh jalur birokrasi daerah, Adizar tak pernah melupakan akar pendidikannya di AMG. Di masa aktif, ia pernah berikrar bersama sahabat seperjuangan, Pak Widada Sulistya, untuk suatu hari kelak bertemu di puncak karier. Janji itu tidak pernah dilupakan. Saat Adizar menjabat sebagai Kepala Dinas di daerah, rekannya, Widada Sulistya, menempati posisi strategis di pusat sebagai Sekretaris Utama BMKG. Perjalanan mereka menjadi saksi bahwa komitmen dan integritas yang dibangun sejak masa taruna bukan hanya kata-kata.
![]() |
Adizar bersama Widada Sulistya, Rahwasid Banuarea, Akhmad Chairudin, Sistano dkk, dikediaman Damianus |
![]() |
Adizar bersama Untung Merdianto, Hasbi hasibuan, Murdiaty dan Siska |
Lahirnya Buletin Meteorologi dan Geofisika
Masih dalam masa awal pengabdiannya, saat bertugas di Subbidang Data dan Laporan BMG, Adizar turut terlibat dalam sebuah langkah penting. Bersama Edi Siswoyo dan Eddy Kelana, ia ikut menginisiasi penerbitan Buletin Meteorologi dan Geofisika edisi pertama, tahun 1982. Waktu itu, semua dikerjakan dengan cara yang sangat sederhana. Naskah-naskah ilmiah populer yang ditulis oleh alumni AMG diketik manual, kemudian dicetak menggunakan mesin stensil milik Percetakan BMG.
Meski saat itu buletin belum memiliki nomor ISSN dan belum terstandarisasi secara resmi, semangatnya sudah mencerminkan tekad besar untuk membangun budaya ilmiah di lingkungan meteorologi dan geofisika. Dari ruang perpustakaan yang tenang, ide-ide itu tumbuh, disusun, dan disebarluaskan — menjadi cikal bakal komunikasi ilmiah internal yang terus berkembang hingga hari ini.
Semangat Belajar yang Tak Pernah Padam
Meskipun telah mengabdi puluhan tahun, Adizar tidak pernah berhenti belajar. Ia melanjutkan kuliah dan meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Riau tahun 2000, lalu menyelesaikan program Magister Manajemen di kampus yang sama pada tahun 2010.
Ia juga aktif mengikuti berbagai pelatihan dan kursus baik di dalam negeri maupun luar negeri. Di antaranya, pelatihan urban planning di Singapura, accountability in public sector management di Melbourne, serta pelatihan pengadaan barang dan jasa pemerintah di Jakarta.
Pendidikan penjenjangan seperti SEPALA (1992), SEPAMA (1997), dan Diklatpim Tk. II (2004) turut membekali kepemimpinannya selama di birokrasi.
Menjadi Pemimpin di Dunia Konstruksi Tanpa Gelar Teknik
Masih dalam pengabdiannya di Kanwil Departemen Perhubungan Provinsi Riau, Adizar sempat dipercaya mengemban tugas yang pada awalnya membuat banyak pihak terkejut. Ia diangkat menjadi Pejabat Pembuat Komitmen (Pempro) Pengembangan Fasilitas Pelabuhan Laut Riau, sebuah posisi yang secara tradisi hampir selalu diisi oleh mereka yang berlatar belakang insinyur sipil atau arsitek. Sementara dirinya, adalah seorang alumni AMG dengan gelar Ahli Madya Meteorologi Geofisika.
Penunjukan ini sempat menjadi perbincangan hangat hingga ke tingkat Ditjen Hubla. Meski banyak yang meragukan, kepercayaan dari pimpinan setempat justru menjadi kekuatannya. Baik Kepala Kanwil, Kepala Bidang Perencanaan, maupun Inspektur Bidang IV sama-sama memberi keyakinan bahwa Adizar bukan hanya mampu, tetapi juga memiliki pemahaman teknis yang memadai tentang konstruksi.
Kepercayaan itu tidak ia sia-siakan. Dalam rentang waktu tiga tahun (1995–1997) menjalankan tugas sebagai Pempro, Adizar membuktikan komitmennya melalui kerja nyata. Ia berhasil membangun beberapa fasilitas pelabuhan laut di wilayah kepulauan Riau, sebuah capaian yang tidak hanya menghapus keraguan, tetapi juga memperkuat pesan bahwa kompetensi tidak selalu terpaku pada gelar akademik semata, melainkan pada kesungguhan dan kapasitas belajar yang terus dibina.
Aktif di Organisasi dan Komunitas
Selepas pensiun pada 1 Mei 2016, Adizar tetap aktif berkontribusi di masyarakat. Ia menjadi Ketua Umum Pengprov Squash Riau di bawah KONI sejak 2011 hingga 2023. Ia juga menjabat sebagai Wakil Ketua Badan Pengelola Pensiunan Perhubungan (BP3) serta Ketua Koperasi Bina Insan Perhubungan Provinsi Riau.
Lebih jauh ke belakang, pada tahun 1988 hingga 1990, ia juga menjadi anggota Tim Hisab dan Rukyat Pengadilan Tinggi Agama Riau, menunjukkan kedekatannya dengan komunitas religius dan sosial di tempat tinggalnya.
Sebuah Jejak Panjang yang Penuh Arti
Lebih dari tiga dekade pengabdian, dimulai dari dunia meteorologi hingga menjangkau birokrasi provinsi, Adizar menunjukkan bahwa pendidikan teknis dari AMG bisa menjadi fondasi kuat untuk karier yang luas dan berdampak. Ia adalah teladan bahwa keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh di mana seseorang memulai, tetapi bagaimana ia menapaki setiap langkah dengan ketulusan dan tekad.
Penghargaan sebagai Pegawai Teladan Eselon III dari Gubernur Riau tahun 2006 adalah salah satu pengakuan resmi, tetapi nilai sejatinya terletak pada keteladanan yang ditinggalkan.
Jika ada figur yang bisa menginspirasi alumni muda, maka Adizar adalah salah satunya. Ia membuktikan bahwa semangat taruna tidak pernah pudar, hanya berpindah wujud dalam setiap langkah pengabdian. Dari cuaca ke transportasi, dari prediksi ke perencanaan, dari Pekanbaru ke ruang-ruang pengambilan keputusan. Semua dimulai dari keyakinan bahwa ilmu, integritas, dan kebersamaan adalah kunci.
Saat ini, Adizar menjalani masa purnabaktinya dengan damai dan bermakna, aktif dalam kegiatan religius dan rutin mengisi ceramah keagamaan di berbagai majelis di Pekanbaru.
0 Komentar