Setiap orang memiliki titik awal yang tak bisa ia pilih. Namun dari titik mana pun seseorang bermula, ada satu hal yang bisa ditentukan: ke mana ia melangkah. Alfa Robby Aji Wahyu Kusuma, S.Tr., memulai langkahnya dari sebuah rumah sederhana di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.
Di rumah itu, semangat hidup dihidupi oleh ketekunan seorang ibu yang menjual kerupuk dan menerima pesanan katering, serta ayah yang bekerja serabutan demi menyambung hidup.
Bukan rumah yang besar, bukan pula berlimpah fasilitas. Namun dari rumah itulah tumbuh sebuah tekad: untuk berjuang lebih jauh dari keadaan. Di tengah keterbatasan, Alfa kecil belajar mengajar, bukan untuk menyalip waktu, tapi untuk menolong ekonomi keluarga.
Ia memberikan les untuk anak-anak SD di lingkungan sekitarnya. Dalam keheningan sore yang hangat, Alfa menyadari bahwa ilmunya bukan hanya jembatan bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain.
Mimpi yang Dikejar dengan Sederhana
Di bangku SMA, mimpi itu mulai tumbuh jelas: masuk sekolah kedinasan. Bukan sekadar agar bisa kuliah tanpa biaya, tapi karena ada harapan untuk mengubah nasib keluarga. Namun, untuk menuju mimpi itu, tak ada bimbel berbayar.
Tak ada akses ke buku baru. Alfa belajar dari YouTube, meminjam buku dari teman, dan menggenggam kuat satu hal yang tak bisa dibeli: kemauan.
Keluarga mendukung semampunya. Saat akhirnya Alfa lolos seleksi masuk STMKG tahun 2019, kegembiraan bercampur tangis. Tapi perjuangan tak berhenti di pengumuman. Ada medical check-up, suntikan varises, tambal gigi, bahkan vitamin yang harus dibeli, dan semua itu dibiayai dari uang pinjaman. Di antara pengorbanan itu, ada satu hal yang tak pernah berhenti yaitu doa orang tua.
Berjuang di Tengah Ibu Kota
Menjadi taruna STMKG adalah langkah besar bagi Alfa. Ia menyadari bahwa hidup di Jakarta bukan hal mudah. Tapi ia tidak datang untuk menyerah. Di tengah kesibukan kuliah, ia tetap mengajar les. Hasilnya ia tabung untuk membeli laptop, alat penting yang ia pakai hingga lulus. Sebagian lagi untuk kebutuhan harian, agar tidak terus meminta kiriman dari rumah.
![]() |
Alfa Robby Aji Wahyu Kusuma saat lulus dari STMKG |
Namun Alfa tidak sekadar lulus. Ia menyimpan mimpi yang lain: membuat orang tuanya bangga. Ia ingin nama mereka disebut di podium wisuda, ingin membuktikan bahwa taruna dari keluarga penjual krupuk pun bisa berprestasi.
Tahun 2023, mimpi itu menjadi nyata. Ia dinobatkan sebagai Wisudawan Berprestasi ke-8 dari 258 taruna. Nama itu disebut lantang, dan bersama namanya, ada juga nama orang tua yang selama ini berdiri di balik layar.
Ujian Terberat, Jiwa yang Tetap Kuat
Namun kehidupan jarang berjalan dalam satu nada. Hanya seminggu setelah penempatan kerja di Stasiun Meteorologi Komodo, Manggarai Barat, ibunda tercinta menghembuskan napas terakhir. Rasa hampa itu datang tiba-tiba, mengiris langkah yang baru saja dimulai.
Dalam sepi yang menyesakkan, Alfa menggenggam satu keyakinan bahwa ibunya tidak ingin ia berhenti. Ia bangkit, menata hati, dan melanjutkan tugasnya di bumi Komodo dengan kesungguhan. Tanah yang jauh dari Lombok, kini menjadi tempat ia mempersembahkan pengabdian.
Membuka Jalan, Meski Langkah Sendiri
Pengalaman hidup yang keras tidak membuat Alfa menutup diri. Sebaliknya, ia membuka jalan. Ia mendirikan bimbingan belajar bagi siswa yang ingin masuk sekolah kedinasan, terutama mereka yang, seperti dirinya dulu, tak punya akses atau biaya.
Ia mengajar, membimbing, memotivasi. Bukan karena ingin dikenang, tapi karena ingin memberi peluang yang adil bagi siapa pun yang berani bermimpi.
Tak hanya itu, Alfa juga menjadi pemateri di acara persiapan sekolah kedinasan di berbagai SMA dan SMK di Manggarai Barat. Ia datang bukan sebagai pejabat atau tokoh besar. Ia datang sebagai bukti bahwa dari kesederhanaan pun bisa tumbuh kekuatan besar.
"Saya lahir bukan dari kelebihan, tapi dari keberanian orang tua yang terus berharap. Maka saya berusaha menjadi jawaban dari doa mereka."
Kini, di antara hening stasiun meteorologi di Manggarai Barat, Alfa berdiri sebagai wajah BMKG muda yang membawa semangat bahwa keterbatasan bukanlah penghalang, dan bahwa siapa pun bisa menjadi inspirasi, bahkan saat dunia tidak melihat.
Untuk mereka yang masih belajar di sudut-sudut negeri, yang merasa kecil, tidak punya apa-apa, dan hanya berbekal keyakinan, kisah Alfa adalah cermin.
Bahwa satu langkah kecil, jika ditempuh dengan niat yang lurus dan tekad yang kuat, bisa menjangkau sejauh Komodo, dan bahkan lebih jauh lagi: ke hati orang-orang yang dibantunya hari ini.
1 Komentar
Semoga menjadi inspirasi bagi pejuang² lain
BalasHapus